AbuNu’aim dan Ad Dailami) 3. Membaca kalimah Subhanallah Wabihamdihi Subhanallahil Adziim: Zikir 3 “Dari setiap kalimat itu seorang malaikat yang bertasbih kepada Allah SWT sehingga hari kiamat yang pahala tasbihnya itu diberikan untukmu.” (HR. Al-Mustagfiri dalam Ad-Da’awat) 4. Membaca Surah Al-Ikhlas: Surah Al-ikhlas juga mampu mengundang
ABUBakar Ash-shindiq terkejut menyadari bahwa sesungguhnya sedang terjadi sesuatu. “Jangan menangis dan jangan takut, ya Abu Bakr, Allah beserta kita,”
SulukTarekat Al-Akmaliyah, Kisah Perjalanan Syekh Siti Jenar dan Syarif Hidayatullah Bagian 1
Amalanyang disukai Allah "Subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar" Allah berfirman dalam al-Quran: ”Hai orang-orang yang beriman! berzikirlah (mengingat) kepada Allah dengan zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.” (al-Ahzaab: 41-42).
a4Bps. - Amalan ini diberi nama Dzikir Tarekat Sammaniyah. Ijazah ini diberikan langsung oleh Abah Guru Sekumpul. dimana manfaat membaca dzikir ini yaitu agar dapat mati dalam keadaan Husnul Khotimah dan masuk surga tanpa hisab. Berikut penjelasannya Zikir yang di amalkan/di baca setiap habis subuh/pagi hari dan kalo bisa pagi dan sore harii...jika sore hari tidak bisa maka pagi saja tidak apa apa.$ads={1}Amalan supaya mati husnul khotimah, dan masuk surga tanpa hisabYaituلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ lailahaillallah 166xاللهAllah 66XهُHuu 77X"Banyak sudah terbukti mati husnul khotimah, kan nyaman kalo udah di kubur kaga di siksa, kemudian apabila membuka mata di kubur, langsung ada di surga, kaga tau padang masyar, kaga tau di hisab,Kaga tau di timbang, kaga tau sirotol mustaqim."Ujar Abah Guru SekumpulBaca Juga Amalan Agar Bermimpi Rasulullah dan Sayyidah FatimahMari sama sama kita amalkan dengan seksama,dengan istoqomah semoga dengan berkah karomah abah guru sekumpul martapura kita mendapatkan ridho Allah ampunan dosa,Selamat dunia akhirat,Mendapat syafaat rasulullahﷺ di hari kiamat kelak,mati husnul khotimah, serta bisa masuk surga tanpa hisabAamiin......Demikian Artikel " Ijazah Dzikir Tarekat Sammaniyah oleh Abah Guru Sekumpul "Semoga BermanfaatWallahu a'lam BishowabAllahuma sholli 'alaa sayyidina muhammad wa 'alaa aalihi wa shohbihi wa salim- Media Dakwah Ahlusunnah Wal Jama'ah -
TAREKAT AKMALIYAH Studi Kasus di Pondok Pesantren Miftahu Falahil * Mubtadiin Malang Oleh Ahmad Masrukin Abstrak, Tulisan ini mengkaji Tarekat Akmaliyah yang terdapat di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Pulosari, Kasembon, Malang. Hal ini menarik dikaji karena kendati tarekat ini termasuk tarekat yang dikategorikan sebagai tarekat sempalan atau ghoir al-mu’tabaroh oleh Nahdliyin, namun lambat tapi pasti tarekat ini terus bertahan dan mendapatkan pengikut. Tulisan ini dibuat berdasarkan data-data lapangan, observasi, dan interview. Oleh karena itu dalam tulisan terdapat beberapa pernyataan yang tidak menggunakan tata bahasa Indonesia yang bagus. Hal ini karena penulis menginginkan hasil yang alami sedemikian rupa. Dari hasil kajian, Tarekat Akmaliyah yang ada di Pulosari memiliki nama khusus [tambahan], yakni Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah. Hal ini karena Kyai Sholeh, mursyid di situ, memiliki metode pengajaran yang berbeda dengan para gurunya. Untuk menjadi murid Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah, murid harus mengikuti tahap demi tahap yang telah ditentukan oleh Kyai Sholeh. Key Words Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah, sanad, dan ajaran. PENDAHULUAN Akhlak merupakan buah dari kondisi keimanan seseorang. * Maka kondisi iman seseorang sangat mempengaruhi terhadap Institut Agama Islam Tribakti IAIT Kediri Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 perilakunya. Untuk mendapatkan pribadi yang baik dan mengetahui akhlak yang sesuai dengan tuntunan syari’at Islam, Islam memiliki sebuah pepatah yang berbunyi Thalabul Ilmi Minal Mahdi ila Lahdi” dan “Uthlubul Ilma walau Bis Shin”. Kedua pepatah ini berlaku pula dalam bidang akhlak atau tasawuf yang berarti jangan mati sebelum perang. Hal ini karena Rasulullah Saw. diutus kemuka bumi untuk menyempurnakan Akhlak, baik akhlak dhahir maupun batin. Akhlak batin inilah wilayah kajian tasawuf, dan untuk mempelajarinya harus melalui pendidikan yang tak kenal waktu, usia, dan jarak. Setiap orang pada dasarnya selalu berusaha mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Tetapi wujud usaha yang dilakukan oleh tiap-tiap orang berbeda karena perbedaan persepsi dan konsep tentang makna kebahagiaan. Mereka berjalan menuju konsep kebahagiaan mereka masing-masing. Bahkan nilai dan prinsip hidup seseorang juga terbentuk dan merupakan manifestasi dari konsep kebahagiaan yang dianut. Terkait ini al-Ghozali mengklasifikasikan manusia menjadi empat tipologi. Pertama, manusia hedonistik, yaitu manusia yang mengikuti konsep kebahagiaan yang bertumpu pada perihal seks, makan-minum, dan bermalas-malasan santai. Mereka adalah orang yang didominasi oleh dorongan tabiat binatang ternak nafs bahimiyah. Kedua, manusia anarkhis, yaitu manusia yang menyandarkan kebahagiaan pada penyaluran hasrat untuk berbuat brutal, membongkar kestabilan, dan mengekploitasi orang lain. Mereka adalah orang yang didominasi oleh dorongan tabiat binatang buas nafs sabu’iyah.Ketiga, manusia hipokrit, yaitu golongan manusia yang melandaskan kebahagiaannya dengan melakukan rekayasa, menipu dan makar. Mereka ini dapat mengakui kebenaran yang dibawa oleh orang lain. Orang yang memiliki kreteria seperti ini adalah orang yang jiwanya didominasi oleh dorongan dan tabiat setan nafs syaithoniyah. Akhlak dan kecenderungannya adalah melakukan hal-hal yang buruk dan jahat menurut syari’at Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 agama. Keempat, manusia spiritualis, yaitu tipologi manusia yang mendasarkan kebahagiaannya pada penghambaan diri kepada Tuhan dan selalu ingin mendekatkan diri kepada-Nya. Tipe manusia seperti ini adalah manusia yang jiwanya didominasi dorongan tabi’at kemalaikatan nafs malaikatiyah. Jiwa manusia seperti ini akan senantiasa memiliki kecenderungan yang mengarahkan perilakunya kepada kebaikan-kebaikan yang diridhoi oleh Allah. Dari keempat tipologi yang diutarakan al-Gozali ini, tipologi manusia yang 1 keempat lah yang bisa mengarah kepada jalan sufi. Dalam Islam, terdapat empat bentuk ajaran, yakni Syari’at, Tarekat, Hakekat dan Ma’rifat. Syari’at adalah bentuk ajaran yang lebih mementingkan system tindakan dan pengamalan ibadah serta pengamalan ajaran formal yang tampak, sehingga tolak ukur kesalehan dan kedekatan pelakunya pada Tuhan dapat dilihat dan dinilai dari sikap dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan Tarekat diartikan sebagai jalan untuk menuju wusul kepada Allah. Tujuan tarekat sebenarnya tidak jauh berbeda dengn tujuan syari’at, yaitu sama-sama untuk memperoleh keridlaan Tuhan. Namun bedanya jika tarekat untuk mencapainya melalui pentahapan sistematis Maqamat dengan bimbingan seorangMursyid, sementara syari’at pencapaiannya tanpa pentahapan2 dan bimbingan seorang Mursyid. Dalam meniti jalan sufi atau belajar ilmu tasawuf harus ada guru atau mursyid. Hal ini karena jika tidak ada guru atau mursyid hasilnya hanya akan sebatas pengetahuan belaka hanya sebatas ilmu saja. Disamping itu, jika tidak dibimbing oleh guru atau mursyid yang berkompeten, salik sebutan orang yang sedang meniti jalan tasawuf akan sulit sampai pada tujuan yang 1 Kharisudin Aqib, Inabah “JalanKembali” dari Narkoba, Stres & Kehampaan Jiwa, Surabaya Bina Ilmu, hlm. v-vi 2 Abdul Munir Mulkhan, Ma’rifat Burung Surga dan Ilmu Kesempurnaan Syekh Siti Jenar, Yogyakarta Kreasi Wacana, 2004, hlm. 41 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 diharapkan, dan juga akan mudah tersesat. Seorang salik yang meniti jalan tasawuf dengan tanpa seorang guru atau mursyid, ibarat orang masuk hutan belantara dengan tanpa bantuan 3 seorang penunjuk jalan. Oleh karena itu ia akan mudah tersesat. Oleh karena sulitnya meniti jalan tasawuf dan juga banyaknya kejadian seorang salik yang tersesat, kemudian para ulama sufi membentuk sejenis wadah atau lembaga yang berfungsi untuk membantu bagi mereka yang hendak meniti jalan tasawuf. Wadah ini disebut dengan tarekat atau toriqoh. Dalam tarekat ini, sang pencetusnya telah memberikan prinsip- prinsip, syarat-syarat, dan amalan-amalan yang harus diamalkan oleh jama’ah tarekatnya. Seiring dengan berjalannya waktu, wadah-wadah selanjutnya ditulis tarekat untuk meniti jalan tasawuf tersebut banyak bermunculan. Meskipun secara garis besar tujuannya sama, yakni untuk mendekatkan diri kepada Allah, namun masing-masing tarekat memiliki cara, syarat, dan amalan yang berbeda-beda. Pada umumnya, tarekat tersebut dinamai dengan nama pencetusnya atau juga dengan tujuan dan keunggulannya. Contoh dari nama tarekat yang diambil dari nama pencetusnya antara lain Tarekat Naqsabandiyah yang dicetuskan oleh Baha’uddin an-Naqsabandi, Tarekat Qodiriyah oleh Abdul Qodir al-Jailani, Tarekat Sadziliyah oleh Abu Hasan al-Sazili, sedangkan yang dinamai dari tujuan dan keunggulannya antara lain Tarekat Wahidiyah, Tarekat Akmaliyah, dan lain sebagainya. Tarekat-tarekat ini tersebar keseluruh belahan dunia Islam termasuk Indonesia. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di Dunia dan mayoritas beraliran sunni, jumlah tarekat yang ada di Indonesia pun sangat banyak sekali. Dilihat dari kemu’tabarannya, tarekat-tarekat tersebut di Indonesia dibagi 3 Keterangan Syekh Sholeh Saifuddin di Pondok Pesantren MiftahuFalahil Mubtadiin Pulosari Sukosari Kasembon Malang pada hari Kamis siang, 3 Pebruari 2011 Jam WIB. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 menjadi dua, yakni tarekat yang mu’tabaroh dan ghoir al-mu’tabaroh. Tarekat mu’tabaroh adalah tarekat-tarekat yang telah terkenal serta memiliki banyak pengikut di seluruh belahan dunia muslim, dan biasanya yang diklaim sanad-nya muttasil hingga ke Rasulullah Saw. Tarekat yang digolongkan kedalam kelompok ini di Indonesia antara lain adalah TarekatNaqsabandiyah, Naqsabandiyah Khalidiyah al-Mujaddidiyah, Sattariyah, Sadziliyah, Qadiriyah, Qadiriyah wa an- Naqsahandiyah, Kubrawiyah, Maulawiyah, Khalwatiyah, Tijaniyah dan lain sebagainya yang menurut Nahdlatul Ulama ada lebih dari 30 Tarekat. Sedangkan tarekat ghoir al- mu’tabaroh adalah tarekat yang memiliki karakter sebaliknya. Diantara tarekat di Indonesia yang dimasukkan kedalam kelompok ini adalah Tarekat Siddiqiyah, Wahidiyah, Miladiyah, dan juga Akmaliyah. Karena dikelompokkan kedalam tarekatghoir al-mu’tabaroh, tarekat-tarekat yang disebutkan terakhir ini sering mendapat cibiran dan pernyataan miring, sehingga perkembangannya agak sedikit terhambat dan kurang begitu pesat dibanding dengan tarekat yang masuk kategorimu’tabaroh. Namun demikian, bukan berarti tarekat-tarekat ini mati tak punya pengikut, bahkan lambat tapi pasti mereka terus 4 berkembang dan mendapat simpati dari masyarakat. Situasi yang menimpa para tarekat ghoir al-mu’tabaroh di atas mengusik pikiran penulis untuk mengkajinya lebih dalam. Namun, pada tulisan ini, karena alasan akademis dan juga menimbang kemampuan, penulis hanya akan memfokuskan kajian pada Tarekat Akmaliyah, dan itupun penulis batasi pada Tarekat Akmaliyah yang berkembang dan diajarkan di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Pulosari Sukosari Kasembon Malang. Pada tulisan ini penulis berupaya untuk mengkaji sejarah, sistem dan ajaran Tarekat Akmaliyah yang berada di pondok pesantren tersebut. 4 Martin van Brunessen, sempalan Volume 24 Nomor 1 Januari 2013Sekapur Sirih Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin1. Letak Geografis Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin secara geografis terletak di daerah Pulosari, Sukosari, Kasembon, Malang. Pondok ini berada di daerah perbukitan yang banyak tumbuh sarwa pepohonan dan tumbuh-tumbuhan, serta dikelilingi area persawahan dan perumahan penduduk. Dari jalan utama Malang-Kediri, tepatnya dari gapura perbatasan daerah, pondok ini masuk sekitar 1 Km dan tak jauh dari5 Gunung Krengeh. Pondok pesantren yang diasuh oleh Kyai Haji Sholeh Syaifuddin selanjutnya ditulis Kyai Sholeh ini memiliki beberapa bangunan yang memiliki pola sebagaimana umumnya pondok pesantren, yakni satu bangunan masjid berada ditengah dan disekitarnya terdapat bangunan-bangunan pemondokan serta rumah pengasuh. Di Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin, masjid yang berfungsi sebagai pusat kegiatan ibadah diberi nama Masjid Jannatul Ma’wa. Rumah Kyai Sholeh berada di sebelah kanan depan Masjid menghadap keutara, sebelah timurnya bangunan pondok lama, sebelah utara pondok lama bangunan pondok baru, dan sebelah utaranya lagi terdapat bangunan pondok baru bertingkat yang menjadi tempat kegiatan santri putra untuk mengaji dengan sistem madrasah. Perlu diketengahkan bahwa bangunan perpondokan di pondok ini tidak dibangun secara bersamaan, namun dibangun secara periodik. Oleh karena itu bentuk dan modelnya pun menyiratkan sejarah perkembangan pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin itu sendiri. 5 Gunung Krengeh adalah tempat dimana masayarakat Pulosarimemberikan sesajen dan juga menyembah pohon UNI yang ada di gunung itu. sejarah lurah pondok. Volume 24 Nomor 1 Januari 20132. Sejarah Singkat Berdirinya Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Kyai Sholeh memulai berdakwah ketika beliau tinggal di 6 daerah Ngetrep, rumah istri kedua beliau , dan tak lama kemudian banyak santri berdatangan ingin me-ngaji kepada beliau. Namun, pada tahun 1977, beliau tidak betah di Ngetrep karena kondisi politis daerahnya saat itu. Akhirnya, beliau memutuskan pulang ke Jatirejo, istri Rodhiyah dan anak beliau Muhammad Romli yang baru dilahirkan menyusul kemudian. Di sana beliau bertani dan bertemu dengan Dayat dipanggil pula dengan nama Masykur. Kemudian, Dayat menyarankan agar rumah Kyai Sholeh yang berada di Jatirejo tersebut digunakan untuk berdakwah saja, namun beliau menolak karena di desa tersebut sudah banyak ulama. Setelah peristiwa tersebut, Kyai Sholeh meminta Dayat untuk menunjukkan daerah yang belum tersentuh Islam untuk tempat dakwahnya. Kemudian Dayat mengusulkan daerah 7 Pulosari, sebuah daerah perjudian, dan Kyai Sholeh menyetujuinya. Tahun 1979, putra dari Syahid Yatim dan Asmirah ini datang ke Pulosari dengan Dayat. Kedatangnnya disambut baik 8 oleh Kyai Abdul Astar dengan memberikan sebidang tanah seluas 15m² agar dibangun rumah. Pemberian ini berdasarkan wasiat Kyai Abdul Hamid kepada Kyai Abdul Astar, “Jika adapendatang mau menegakkan agama Islam di sini jangan sampai membeli tanah berikan saja tanahnya”. 6 Kyai Sholeh menikah lagi setelah istri pertamanya wafat. Daerah ini yang memeluk Islam hanya dirinya, istri dan mertuanya 7 Sebelumnya Kyai Sholeh mendapat alamat /petunjuk bahwa tempat yang akan ditempati bernama desa Kacretan –daerah sekitar mengecek ke Purwoasri tapi tidak ada naam desa Kacretan. Beliau mengaitkan Pulosari dengan Kacretan karena tanahnya yang becek jika dilalui akan menimbulkan bunyi cret diambil dari kata Ka-Cret-an. Dan kemiripan nama Pulosari dengan Purwoasri. 8 Kyai Abdul Astar tidak mempunyai putra hanyak anak angkat Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Untuk membangun rumahnya, Kyai yang pernah belajar di Pondok Pesantren Ringinagung, Pondok Pesantren Sumbersari, dan Pondok Pesantren Sambirobyong ini membeli sebuah rumahgedeg –rumah dari bamboo- di desa Kandangan seharga 57 ribu rupiah. Rumah gedeg tersebut oleh Kyai Sholeh dipindah dan ditempatkan di atas tanah hibah Kyai Abdul Astar tersebut. Dukungan Kyai Abdul Astar untuk kelancaran dakwah Kyai Sholeh tidak berhenti sampai disitu, beliau mewakafkan tanah seluas 30 m² kepada Kyai Sholeh agar dibangun musholla, pondok, dan madrasah. Dalam pembangunannya, beliau membuat batu bata sendiri dengan dibantu oleh 7 orang. Karena modal yang serba terbatas, beliau meminta sumbangan dari warga Jatirejo dan tak lama kemudian bangunan Pondok berhasil berdiri. Saat itu yang mondok mencapai 40 orang santri dan membuat penduduk kaget dengan gerombolan santri’ secara tiba-tiba tersebut. Oleh dasar itu, beliau dicurigai sebagi kepala komando Jihad, namun setelah diperiksa tuduhan tersebut tidak terbukti. Beliau juga meminjam rumah penduduk untuk me-ngaji 40 santrinya. Saat berdakwah, beliau menyisipkan cerita pewayangan untuk menarik perhatian masyarakat agar mau mengenal Islam. Selain itu, untuk menarik perhatian masyarakat, beliau juga memelihara ayam bangkok, karena ketika itu hobi masyarakat adalah sabung ayam. Mengetahui hal itu, banyak penduduk yang datang untuk sabung ayam, bahkan ketika beliau masih me-ngaji. Sejak saat itulah Kyai Sholeh terkenal sebagai Kyai Sabung Ayam. Dalam sabung ayam tersebut, seringkali ayam Kyai Sholeh memperoleh kemenangan. Atas dasar ini, kemudian banyak penduduk yang minta gemblengan untuk ayamnya, supaya bisa selalu menang sebagaimana ayam beliau. Menghadapi permintaan ini, Kyai Sholeh menerimanya dengan ramah dan suka cita. Dalam pemberian gemblengan ini, beliau menyuruh peminta gemblengan untuk membaca Syahadat, lalu mandi Volume 24 Nomor 1 Januari 2013jinabat mandi besar dan kemudian diajari sholat. Metode beliau ini berhasil dan masyarakat, terutama yang tua, mulai berdatangan me-ngaji kepadanya. Satu persatu penduduk sekitar masuk Islam setelah melihat cara beribadah yang diajarkan Kyai Sholeh mudah dipelajari. Masyarakat yang tetap mempertahankan budaya maksiat mulai terancam dengan perkembangan pesat dakwah Kyai Sholeh. Bahkan salah seorang hartawan mendanai seluruh penduduk untuk memelihara babi, agar Kyai Sholeh tidak betah di Pulosari. Tak berselang lama seluruh babi peliharaan penduduk mati setelah saling berkelahi satu sama lain . Tahun 1982 Kyai Abdul Astar mewakafkan tanahnya lagi untuk perluasan pondok pesantren. Kyai Sholeh memberi nama pondok pesantrennya dengan nama Miftahu Falahil Mubtadi’in yang beliau dapatkan saat me-ngaji kitab fiqh Kasifatu Saja. Di dalam kitab tersebut terdapat kalimat persis sebagaimana nama pondok tersebut. Sedang nama madrasah beliau, Futuhiyah, diberikan oleh santrinya dari Jawa Tengah. Sampai tahun 1984, dusun Pulosari belum mempunyai Masjid. Ditahun itu pula, Kyai Sholeh berencana untuk membangun sebuah masjid, dimulai dengan membuat batu bata sendiri dan dibantu santrinya. Setelah melalui proses yang tidak mudah, berdirilah sebuah masjid tanpa nama. Karena ditegur oleh pihak kecamatan untuk segera memberikan nama masjid baru tersebut, Kyai Sholeh memberinya nama Jannatul Ma’wa, karena beliau berkeinginan agar semua jamaah masuk surga. Fasilitas belajar mengajar di Ponpes pada waktu itu sangatlah kurang memadai maka pada tahun 1995 Kyai Sholeh berniat membangun sebuah gedung madrasah berlantai dua berukuran 8 x 30 m. Proses pembangunannya agak terhambat, karena lokasi pembangunannya berbentuk jurang dengan kedalaman sekitar 3,05 m. Pembangunan ini baru berhasil diselesaikan tiga tahun kemudian. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Tahun 2000, Kyai Sholeh dan Istrinya Rodhiyah menunaikan ibadah haji. Sekembali dari tanah suci, pada tahun berikutnya 2002 beliau membangun gedung Ponpes Putri berlantai dua diatas tanah pribadi. Perjuangan tentunya perlu pengorbanan karena perjuangan tanpa pengorbanan akan terasa hampa, begitu kata orang. Begitu pula yang terjadi pada KH Sholeh Saifuddin dalam perjalanan dakwahnya beliau tidak luput dari berbagai cobaan, rintangan, dan hambatan. Mereka yang tidak suka dengan ponpes di Pulosari selalu mencari cara agar Kyai Sholeh dan pondok pesantren yang diasuhnya hancur. Dimulai dengan menyebarkan fitnah di kampung-kampung, pasar-pasar, perkumpulan- perkumpulan, dan tempat umum lainnya. Diantaranya fitnah tersebut adalah Difitnah mendirikan Negara sendiri/ makar ï‚ Difitnah sebagai ketua komando Jihad ï‚ Difitnah mendirikan aliran sesat ï‚ Bagi mereka sebuah pesantren hanya rintangan untuk hidup bermaksiat belaka. Mereka akan melakukan apa saja untuk menghilangkan rintangan tersebut, termasuk memfitnah. Fitnah yang mereka sebarkan menuai hasil, masyarakat dari berbagai kalangan banyak yang terprovokasi olehnya, bahkan 9 media televisi sekalipun. Sejak berdirinya Ponpes di Pulosari, mereka telah melakukan penyerbuan sebanyak 3 kali dengan alasan yang tidak jelas. Penamaan, Sanad, dan Posisi Tarekat Akmaliyah1. Riwayat Penamaan Penamaan Tarekat Akmaliyah, menurut keterangan dari putra Kyai Sholeh, Gus Romli Rofa’Ilalloh, yang ia nukil dari 9 JTV pojok kampong hari sabtu sore tanggal 12 April 2008 memberitakan bahwa Kyai Sholeh menyerobot tanah Volume 24 Nomor 1 Januari 201310 Syeikh Maulana Ishak, adalah diambil dari martabat iman yang keempat, yaitu ilmul yaqin, ainul yaqin, haqul yaqin, dan 11 akmalul yaqin. Akmalul yaqin adalah tingkatan iman yang paling tinggi dan sempurna. Terkait dengan pemahaman dari masing-masing tingkatan iman ini Syeikh Maulana Ishak menjelaskannya dengan menggunakan Ka’bah tamsil sebagaimana berikuta. Ilmul yaqin, adalah imannya seseorang yang dikabari orang yang baru pulang haji bahwa di belahan bumi sana, tepatnya di Makkah, ada suatu bangunan berbentuk segi empat, diselimuti kiswah empat, yang di situ dikelilingi oleh jutaan orang yang diberi nama Ka’bah. Orang yang memberi kabar itu betul-betul baru pulang haji dan memiliki bukti dengan membawa barang dari sana umpamanya, kemudian orang yang dikabari sudah yakin dan merasa cukup sampai sebatas tahu itu. b. Ainul yaqin, adalah imannya seseorang yang dikabari seperti orang yang pertama tadi, namun dia tidak cukup sampai disitu. Dia penasaran yang kemudian memutuskan berangkat ke Makkah dan akhirnya menyaksikan langsung keberadaan Ka’bah tesebut, walaupun hanya melihatnya dari jarak Haqqul yaqin adalah imannya seseorang yang tidak puas hanya dengan kabar dan melihat dari jarak jauh. Ia kemudian bertarekad untuk mendekat hingga menyentuh Ka’ Akmalul yaqin adalah imannya seseorang yang tidak puas hanya dengan kabar, melihat dari jauh, dan juga 10 Ia adalah keponakan dan murid Syaikhona Khalil BangkalanMadura. Ia juga merupakan saksi hidup bahwa Syaikhona Khalil mengajarkan Tarekat Akmaliyah dan menulis kitab terkait Akmaliyah yang berjudul Bayanu Tariqil Haq. Wawancara dengan Gus Romli…. 11 Nama Akmaliyah hasil wawancara dengan Gus Romli di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 menyentuh. Dia ingin lebih dekat lagi, yakni masuk langsung ke dalam Ka’bah, sehingga kemanapun dia menghadap dia menghadap Ka’bah fa ainama tuwallu illa ka’bah. Ini ibarat dari kemanapun seseorang menghadap, sukmanya hanya menyaksikan Allah semata Fa ainama tuwallu fatsamma wajhullah. Gus Romli Rofa’Ilalloh menjelaskan lebih lanjut bahwa nama Tarekat Akmaliyah dirujukkan pada tingkatan imanakmalul yaqin karena tingkatan iman inilah tujuan Tarekat Akmaliyah. Dengan kata lain, nama Akmaliyah tersebut adalah ejawantah dari tujuan tarekatnya. Penjelasan-penjelasan di atas adalah penjelasan mengenai asal-muasal penamaan Tarekat Akmaliyah secara umum. Kemudian, asal-muasal penamaan Tarekat Akmaliyah secara khusus, local Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin Pulosari yang menambahi nama tarekat tersebut dengan as-Sholihiyah Pulosari di belakangnya, adalah karena Kyai Sholeh memiliki metode pengajaran yang berbeda dengan para gurunya yang berakibat pada corak Tarekat Akmaliyah-nya pun memiliki corak yang Sanad Menurut riwayat Gus Romli Rofa’ Ilallah, TarekatAkmaliyah sudah ada sejak zaman al-Arifbillah Kyai Haji Kholil Bangkalan Madura. Syaikhona Khalil, sapaan lazim Kyai Haji Kholil Bangkalan Madura, hanya mengajarkan tarekatAkmaliyah kepada murid-muridnya yang terpilih, yang ia anggap mampu untuk mengamalkannya. Salah satu murid terpilih tersebut adalah Kyai Haji Siroj al-Arif Billah Bendosari, Kras, Kediri. Sebagaimana gurunya, Kyai Siroj, panggilan Kyai Haji Siroj al-Arif Billah, juga hanya mengajarkan tarekatAkmaliyah hanya kepada murid-muridnya yang terpilih, yang diantaranya ialah Kyai Haji Sholeh Syaifuddin Pulosari. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Masih menurut keterangan Gus Romli Rofa’Ilallah, jika diturut lebih jauh serta dilihat dari ajaran Tarekat Akmaliah tentang martabat sab’ah martabat tujuh dan wihdatul wujud penyatuan wujud, tarekat ini bisa disambungkan kepada Syekh Saman pendiri tarekat Samaniyah. Syekh Saman mengadoppsi dari Syekh Fadlullah al-Burhanpuri Pembesar Tarekat Syatoriyah Nusantara. Syekh Fadlullah al-Burhanpuri menyempurnakan ajaran Syekh Abdul Karim al-Jilli. Al-Jilli menyempurnakan ajaran Ibnu A’robi, dan Ibnu A’robi menyempurnakan ajaran Abu Mansur al-Hallaj. “Kalau Akmaliyah dipahami sebagai martabat, intinnya adalah martabat sab’ah martabat tujuh, yaitu ahadiyah, wahdah, wahidiyat, arwah, missal,ajsam, insan al-kamil. Sebenarnya, martabat tujuh ini juga ada dalam Tarekat Sathariyah dan TarekatSamaniyah. Nah, kalau dikembalikan kepada induknya, semua ini adalah fahamnya Syekh Fadlullah al-Burhanpuri dan diterangkan dalam kitabnya yang berjudul Tuhfatul Mursalah. Syekh Fadlullah al-Burhanpuri adalah penganut fahamwihdatul wujud dan sekaligus penyempurna kitab Insan Kamil-nya Syekh Abdul Karim al-Jilli. Syekh Abdul Karim al-Jilli adalah cucu dari Syekh Abdul Qodir al-Jailani pendiri Tarekat Qadiriyah, pen dan menyempurnakan faham wihdatul wujudnya Syekh Ibnu Arabi. Kalau dicari lebih keatas lagi, maka Syekh Ibnu Arabi ini adalah penyempurna fahamnya Syekh Abu Mansur al-Hallaj atau yang dikenal di kalangan sufi sebagai Syeikhul Akbar, bahkan Syekh Imam al-Ghazali sendiri menyebutnya dengan sebutan itu. Maka dari itu, kalau diurutkan rangkaian sanad kitabnya, maka dimulai dari Syekh Abu Mansur al-Hallaj, terus kemudian Syekh Ibnu Arabi, lalu disempurnakan oleh Syekh Abdul Karim al-Jilli, dan matangnya itu di Syekh Fadlullah al- Burhanpuri. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Syekh Fadlullah al-Burhanpuri adalah pengikutSathariyah, kemudian dari sana diadobsi oleh tarekat-tarekat yang lain termasuk Syekh Saman, pendiri tarekat Samaniyah, terus kemudian sampai di 12 jawa. Dilihat dari runtutan sanad tersebut, maka sedikit banyak bisa dipahami bahwa sanad Tarekat Akmaliyah tidak se-rigid sanad yang ada pada tarekat-tarekat besar lainnya. Runtutan sanad tersebut hanya menerangkan sanad sebagian dari ajarannya. Dengan demikian, secara penamaan TarekatAkmaliyah adalah tergolong tarekat baru, yang baru muncul setelah munculnya Tarekat Samaniyah. Hal ini didasarkan pada paragraf akhir dari keterangan di atas, yakni ajaran Syekh Fadlullah al-Burhanpuri yang diklaim sebagai induk rujukan ajaran martabat sab’ah dan wihdatul wujud di Nusantara baru sampai ke Jawa setelah Syekh Saman mendirikan tarekatSamaniyah. Dan, Kyai Sholeh mendapatkan ajaran Tarekat Akmaliyah dari Kyai Siroj, Kyai Siroj dari Syaikhona Kholil yang tinggal di Bangkalan Madura, suatu wilayah yang juga diidentikkan dengan Jawa. Dari runutan ini, maka kemungkinan terbesar munculnya Tarekat Akmaliyah adalah pada masa Syaikhona Kholil atau pada masa sebelumnya, yang jelas setelah tarekat Samaniyah Tarekat Akmaliyah dan Tarekat-Tarekat Lain Masih mengambil pemahaman dari keterangan Gus Romli Rofa’Ilalloh pada sub di atas, tepatnya mengenai runutan sanad Tarekat Akmaliyah yang dikaitkan dengan tarekat-tarekat lain Tarekat Samaniyah dan Sathariyah yang telah ada sebelumnya, maka menunjukkan bahwa Tarekat Akmaliyah bukanlah tarekat yang berdiri secara mandiri dan bukan pula tarekat pelanjut. Bukan tarekat yang berdiri sendiri karena dalam 12 Wawancara dengan Gus Romli Rofa’ Ilalloh di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 keterangan tersebut diterangkan bahwa antara TarekatAkmaliyah dan dua tarekat tersebut memiliki kesamaan ajaran dan bahkan diakui memiliki ketersambungan, sedangkan bukan merupakan tarekat pelanjut karena jika pelanjut ia akan memiliki nama, konsep ajaran, dan sistem yang persis sama atau memiliki perbedaan yang sangat sedikit dengan tarekat yang dilanjutkan, misalnya Tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah al-Mujaddidiyah yang memperbaharui atau menlanjutkan Tarekat Naqshabandiyah. Dengan demikian, kemungkinan terbesar adalah bahwa Tarekat Akmaliyah merupakan sejenis tarekat penggabung dari tarekat-tarekat sebelumnya seperti TarekatQadiriyah wan Naqshabandiyah yang menggabungkan antara Tarekat Qadiriyah dan Tarekat Naqshabandiyah. Kesimpulan ini diperkuat dengan pernyataan Gus Romli, menurutnya Tarekat Akmaliyah adalah tarekat yang menggabungkan atau mengambil inti-inti pokok ajaran tarekat-tarekat yang telah ada, terutama lima tarekat besar, yaitu Tarekat Qadiriyah, Naqshabandiyah, Sathariyah, Sadziliyah dan Samaniyah. Terkait posisi Tarekat Akmaliyah diantara tarekat-tarekat lainnya tersebut Gus Romli Rofa’Ilalloh memberikan ibarat sebagai berikut Kalau didalam dunia kita mengenal kecanggihan modern, dulu orang ingin ke Surabaya perlu waktu setengah hari, bahkan sampai satu hari. Ketika ditemukan teknologi sepeda, waktu tempuh semakin berkurang yaitu lebih cepat, mobil lebih cepat lagi, pesawat lebih cepat lagi, maka didalam urusan ukhrawi juga sama. Sehingga tarekat-tarekat itu kalau kita melirik pada Qadiriyah yang asli itu ditetapkan riyadhah yang luar biasa ketat, sangat sulit kalau diterapkan pada zaman sekarang,Naqshabandiyah lebih ringan lagi, Syadziliyah itu lebih ringan lagi, Sathariyah lebih terbuka,Akmaliyah itu lebih terbuka lagi. Cuma, semua itu Volume 24 Nomor 1 Januari 201313 Dalam keterangan tersebut diterangkan bahwa Tarekat Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 adalah jalan. Ini kalau saya gambarkan orang menuju ke Istana Negara, itu ada yang naik sepeda, naik mobil, dan ada yang naik kereta api. Nah, semua yang saya sebutkan ini ada rambu-rambu lalulintasnya, ada aturan baku yang mungkin harus di penuhi. Tapi coba bagi mereka yang naik pesawat, maka tidak ada aturan itu. Jadi mau belak-belok kesana- kemari, naik-turun kan lebih cepat dan lebih mudah, tentu bagi yang sudah bisa mengemudikannya. Inilah kiranya gambaran adalah tarekat yang mengambil inti pokok ajaran dari tarekat-tarekat terdahulu dan diposisikan lebih tinggi dan lebih cepat Pesawat terbang sampai pada tujuan dibandingkan yang lainnya. Namun, hal ini hanya bisa dicapai bagi mereka yang mampu mengemudikannya. Maksudnya, bagi mereka yang mengetahui cara dan memenuhi aturan-aturannya. Sebab, lanjut Gus Romli, jika pesawat itu dikemudikan oleh mereka yang tidak memenuhi syarat-syarat tersebut, mereka akan jatuh ke posisi awal. Alih-alih mendapatkan sambutan manis dari Allah, yang ada adalah murka-Nya. Oleh karena itu, seorang salik Tarekat Akmaliyah yang menginginkan hasil yang sempurna harus mampu memenuhi syarat-syarat tersebut, terutama terkait adab. Jadi Hadratu Rububiyah itu menuntut pada etika yang sempurna, makanya ada istilah HasanatulAbrar Sayi’atul Muqorrobin, jangankan Allah presiden kalau digitukan akan marah. Kalau rakyat biasa ini kentut didepan umum itu biasa-biasa saja, akan tetapi kalau seorang menteri kok kentut di 13 Wawancara dengan Gus Romli Rofa’ Ilalloh di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul depan presiden itu kan podo karo nantang yok ora, 14 sama juga menantang presiden iya tidak?. Hasil yang sempurna atau tujuan akhir dari Tarekat Akmaliyah adalah sebagaimana telah penulis terangkan pada sub-bab penamaan Akmaliyah, yakni mampu mencapai tingkatan iman Akmalul Yaqin. Kendatipun telah mencapai tingkatan ini, seorang salik Akmaliyah tetap harus ngugemi adab, tetap harus menjalankan Syari’at. Menurut keyakinan Tarekat Akmaliyah, ke-akmaliyah-an seseorang bisa dibuktikan ketika ia telah meninggal dunia. Seseorang yang telah mencapai derajat akmaliyah/akmalulyaqin, ketika ia meninggal dunia dan mayatnya dikubur, mayatnya akan hilang muksa. Hal ini karena ketika ia ditawariraudhah, ia menjawab bahwa ibadah saya bukan karena mengharap pahala dan surga, saya hanya menghendaki Allah,mukhso lebur pada dzat-Nya. Jika seseorang masih dalam tingkatan haqul yaqin, jasad serta kain kafannya masih utuh dan darahnya masih segar meskipun telah dikubur beratus-ratus tahun. Jika masih dalam tingkatan ainul yaqin, jasad, darah dan kain kafannya masih utuh. Hal yang membedakan dengan tingkatan haqul yaqin adalah jasad dan darahnya sudah mengering. Sistem Tarekat Akmaliyah Assholihiyah Pulosari Proses menjadi anggota Tarekat Akmaliyah AssholihiyahPulosari ada dua cara, yakni 1 calon murid datang langsung kepada Mursyid dan mengutarakan maksud untuk menjadi anggota Tarekat, dan 2 calon murid bertanya kepada pengamal Tarekat Akmaliyah Assholihiyah Pulosari mengenai cara menjadi anggota tarekat itu, dan pada umumnya akan 14 Wawancara dengan Gus Romli Rofa’ Ilalloh di rumah dalemnya sabtu malam minggu pada tanggal 5 pebruari 2011 pukul Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 15 diberitahukan bagaimana caranya. Setelah proses tersebut dan mendapatkan izin, calon murid disuruh mengerjakan puasa tarkukulli dzi ruh selama tiga hari dan wirid sebanyak 500 X setiap hari. Perlu digaris bawahi bahwa masing-masing hari memiliki niat puasa yang berbeda. Lebih mudahnya penulis rinci sebagai berikut a. Niat puasa hari pertama nawaitu shauma ghadin lisuluki thariqil muttaqin wiridnya ya hadhi ya alim ya khabir ya mubin 500x b. Niat puasa hari kedua nawaitu shauma ghadin lisuluki thariqi shalihin wiridnya ya hadhi ya alim ya khabir ya mubin 500x c. Niat puasa hari ketiga nawaitu shauma ghadin lisuluki thariqil arifin wiridnya ya hadhi ya alim ya khabir ya mubin 500x Setelah berpuasa bila ruhin dan melakukan wirid selama tiga hari, calon murid lalu datang lagi kepada mursyid untuk dibai’at. 16 Bai’at berasal dari kata ba’a “ ÙØ¹ïºÙïº ” yang berarti menjual. Maksudnya adalah seluruh hidup dan mati dijual kepada Allah. Ibadah, shalat, amal, hidup dan mati semua diserahkan kepada Allah sampai diri tidak memiliki apa-apa. Bahkan sampai diri sendiri pun tidak dimiliki. Syarat-syarat bai’at antara lain a Suci dari hadas besar dan kecil, bSudah berpuasa tiga hari tarku kulli dzi ruh, c Ada guru mursyid, d Ada yang dibi’at, dan eDuduk berhadap- hadapan antara calon murid dan mursyid. Adapun tata cara bai’at adalah duduk berhadapan dengan guru Mursyid dengan menyatukan kedua lutut sampai 15 Keterangan Kyai Sholeh nama panggilan Kyai Haji Sholeh Saifuddin Al Arif Billah dipondok pesantren Pulosari sabtu malam minggu 16 M. Kasir Ibrahim, Kamus Arab, arab-indonesia, Indonesia-arab, Surabaya Apollo tanpa tahun. Hal, 35 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 bersentuhan dengan lututnya guru Mursyid. Setelah itu manutnut opo jare guru Mursyid ikut lahir-batin dengan apa yang dilakukan oleh guru Mursyid. Sedangkan pantangannya adalah tarku syari’at menginggalkan syari’at dan khianat Mursyid. Setelah dibai’at, maka selanjutnya yang dilakukan oleh murid adalah melaksanakan segenap sistem yang ada dalam Tarekat sebagai berikut 1. Suluk Pengertian suluk adalah membersihkan hati dari semua yang selain Allah dan menjauhkan hati dari hawa nafsu serta semua yang menjadi ajakannya. 17 Pekerjaan-pekerjaan dalam suluk adalah dengan kesungguhan membaca istighfar “ Ù ïºÙï»”Ù’ï»Ùïº˜Ù’ïº³ÙØ§ ﻢْﯿÙﻈÙﻌْﻟا Ùﲓ 100 x dengan mengeraskan suara sekeras- kerasnya jahr b. Membaca “ ﻒْﯿÙﻄÙﻟ ïºÙﯾ “ 100x dengan suara sekeras- kerasnya jahr “ ÙØ¹ÙﺪÙïº ïºÙﯾ “ 100x dengan suara sekeras-kerasnya jahr d. Membaca “ Ù’ïºÙﺒْﻛأ Ùï² “ 100x dengan suara sekeras- kerasnya jahr “ ﻢﻟآ“ 100x dengan suara sekeras-kerasnya jahr f. Membaca “ Ù’ïºªï± ï»¤ÙﺤÙﻣ ï»°Ùï» Ùﻋ ï² ï± ï»Ùﺻ“ 100x dengan suara sekeras- kerasnya Jahr g. Membaca “ ï² ï± ï»»ÙØ§ ÙïÙï»ŸÙØ§ Ùï»»“ 100x dengan suara sekeras- kerasnya Jahr Kesemuanya ini dibaca setiap ba’da magrib dan isya’ secara berjamaah. Membacanya dengan menggambarkan hati ibarat besi yang berkarat terkena hantaman sesuatu yang sangat besar dan akan bersih 17 Keterangan dalam salah satu pengajian rutin yang ada pada tiap malam minggu di Pulosari Kasembon Malang. karat-karat yang ada dalam besi itu karenanya, atau memaksa semua yang dibaca dengan lisan itu agar masuk sampai kepada hati, kepada ruh sukma/nyawa, 18 bahkan sampai pada sirr rasa. 2. Dzikir Dzikir adalah langkah pertama dijalan cinta, sebab kalau orang mencintai orang lain maka ia akan suka menyebut namanya dan selalu ingat kepadanya. Dzikir adalah ibadah yang dengan cepat dapat membuka tabir penghalang antara manusia dengan tuhannya. Tabir itu misalnya akhlak yang buruk, akhlak yang menyimpang dari aturan agama, sehingga dengan akhlak itu hati tertutup oleh kotoran yang bisa menghalangi seseorang untuk dekat kepada Allah. Bila ingin hatinya terbuka dan tersingkap tabirnya, maka cara yang paling cepat adalah dengan dzikir 19 kepada Allah. Apabila seorang salik menemukan kesulitan dalam suluknya, maka dzikir merupakan pedang untuk menakuti musuhnya, dan Allah akan akan melindungi siapapun yang ingat akan Dia baik dalam keadaan susah, bahaya dan bahagia. Orang ahli Tarekat hatinya haruslah dikasih makan dengan dzikir kepada Allah. Makna dzikir dalam Tarekat Akmaliyah ada dua macam, yaitu 1 dzikir berarti menyebut, dan 2 dzikir berarti mengingat. Oleh Karena itu, dalam hubungan dengan dzikir terdapat lima tingkatan, yaitu Pertama, orang yang tidak berdzikir sama sekali, baik dalam arti menyebut atau mengingat; Kedua, orang yang berdzikir dengan lisan saja, tidak beserta hatinya. Inilah orang yang dalam al-Qur’an dikatakan sebagai orang yang summun bukmun ngumyun 18 Keterangan Gus Romli Rofa’ Ilallah Sabtu malam minggu, 8 Oktober malam di dalemnya rumahnya 19 Pengajian tauhid tiap sabtu malam minggu di dusun Pulosari Kasembon Malang. Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 Volume 24 Nomor 1 Januari 2013 fahum la yarji’un buta tuli bisu dan tidak pernah kembali. Lisan dan hatinya suka berkeliaran terus tidak pernah mau pulang kepada Allah; Ketiga, orang yang berdzikir dengan hatinya saja, tanpa dengan lisan; Keempat, orang yang berdzikir dengan lisan dan hatinya, akan tetapi masih dimilikinya sendiri tidak diserahkan kepada Allah; dan Kelima, orang yang berdzikir dengan lisan dan hatinya dengan hudurul qolbi dan dia tidak merasa memiliki dzikir itu baik lisan atau hatinya. Dia mengerti bahwa menyebut dengan lisan itu perbuatan Allah atau hati yang mengingat itu juga perbuatan Allah. Tingkatan yang terakhir inilah yang diajarkan Tarekat Akmaliyah kepada seluruh anggotanya. Dan perlu diingat, dzikir boleh dilakukan dimana saja, pada saat apa saja, kapan saja, dan tanpa dibatasi pada waktu-waktu tertentu. KESIMPULAN Ulasan-ulasan di atas dapat disimpulkan bahwa kemunculan Tarekat Akmaliyah di Sukosari dimandegani oleh Kyai Sholeh sejak awal berdirinya Pondok Pesantren Miftahu Falahil Mubtadiin pada tahun 1979. Kyai Sholeh mendapatkan ajaran Akmaliyah dari Kyai Siroj Bendosari Keras, dan Kyai Siroj dari Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Penamaan Akmaliyah ditujukan pada tujuan akhir tarekat, yakni martabat iman akmalul yaqin. Sedangkan penamaan khusus Tarekat Akmaliyah as-Sholihiyah Pulosari ditujukan sebagai pembeda dari tarekat-tarekat Akmaliyah yang diajarkan oleh mursyid lain. Hal ini karena Kyai Sholeh memiliki metode yang berbeda dalam pengajarannya. Titik puncak ajaran Tarekat Akmaliyah as-SholihiyahPulosari sama dengan tarekat Akmaliyah lainnya, yaitu tercapainya akmalul yaqin yang tidak lain adalah penyatuan hamba dan Sang Kholik wihdatul wujud. Jika dilihat dari ajaran ini, Tarekat Akmaliyah bisa dirunut sanad ajarannya kepada Abu Mansur al-Hallaj. Abu Mansur al-Hallaj dilanjutkan oleh Ibnu A’robi. Ibnu A’rabi disempurnakan oleh Syeikh Abdul Karim al-Jilli. al-Jilli disempurnakan oleh Syeikh Fadlullah al-Burhanpuri. Dari al-Burhanpuri diadopsi oleh Syeikh Saman, dan dari Syeikh Saman baru masuk ke Jawa yang kemungkinan besar adalah Syaikhona Kholil. Dilihat dari runutan ini, Tarekat Akmaliyah adalah tarekat penggabung dari beberapa tarekat sebelumnya, yakni Tarekat dan Qadiriyah, Naqshabandiyah, Sathariyah, Sadziliyah, Samaniyah. Untuk menjadi murid Tarekat Akmaliyah as-SholihiyahPulosari, seorang calon murid melalui beberapa tahap, yaitu 1 ijin masuk kepada mursyid; 2 puasa bila ruh dan wirid tertentu selama tiga hari; 3 bai’at; dan 4 suluk dan dzikir.
ArticlePDF AvailableAbstractp>Tarekat yang diyakini oleh para sufi sebagai jalan hidup, telah memasukkan nilai-nilai pendidikan jiwa di dalam mengaplikasikan amalannya. Pendidikan jiwa merupakan usaha secara bertahap untuk memperbaiki seseorang yang mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik, sehingga menjadi baik, dan akan terbuka pintu kebaikan dan kebenaran serta mudah menerima hikmah dari Allah swt. Pendidikan jiwa ditanamkan melalui berbagai aktifitas, sebagaimana amaliyah yang dilakukan oleh Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah , seperti bai’at, rabi>t}ah, z}ikir, manakiban dan suluk . Dengan berbagai bentuk amalan tersebut diharapkan dapat mencapai kebahagian hidup yang hakiki dunia dan akhirat. Nilai pendidikan jiwa dapat berbentuk tazkiyatu al nafs, taqarrub ila> Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h. Dan terbukti bahwa amaliyah Tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah menghasilkan ketenangan jiwa bagi pengikutnya, terhindar dari sifat iri dan dengki serta mampu mengontrol diri dari perbuatan muraqqabah dan suluk. Melakukan amalan tarekat berarti melakukan proses pendidikan jiwa. Langkah-langkah yang dilalui dalam mengamalkan tarekat adalah tazkiyatu al nafs, taqarrub ila> All a>h dan ma’rifat bi Alla>h. Terbukti bahwa jama’ah masjid Babul Muttaqin yang telah menjadi anggota tarekat Qadiriyah dan Naqsabandiyah jiwanya menjadi tenang, terhindar dari sifat iri dan dengki serta mampu mengontrol diri dari perbuatan kunci tarekat, proses, pendidikan, jiwa. Marwan Salahudin, Binti Arkumi66Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Abstractis article describes the practice of Qadiriyah Naqsyabandiyah as a process of soul education. Education of the soul gradually attempts to correct someone having a tendency to do incorrect thing into the correct ones. rough the process of education, the soul will be open to receive goodness and truth, as well as easy to receive wisdom from Allah Swt. e congregation practice is actually a part of the process form of the soul education, because it contains some readings of z}ikir showing Oneness and glorify of Allah as the Lord of the universe. e practice of the congregation done using methods that touches the human’s deepest soul, namely bai’at, rabi>t}ah, muraqqabah and suluk. Doing the practice of the congregation means the process of education of the soul. e steps followed in practice congregation include tazkiyah al nafs, taqarrub ila> Alla>h and ma’rifat bi Alla>h. It is evident that mosque congregations of Babul Muttaqin belonging to a member of Qadiriyah and Naqsyabandiyah, their soul became calm, the jealousy will be avoided and they will be able to control themselves from negative words Tarekat, Process, Soul proses modernisasi seringkali mengagungkan nilai-nilai yang bersifat materi mengabaikan unsur-unsur spiritualitas. Benturan nilai-nilai materi dan unsur-unsur rohani dalam alam modern, secara tidak langsung memberi gambaran bagi sikap hidup suatu komunitas pada zaman yang suka mengagung-agungkan materi. Akibatnya akan membawa kepada kegersangan jiwa bahkan mematikan hati. Sebagaimana analisis yang dilakukan oleh Ahmad Mubarok tentang ganguan-ganguan kejiwaan yang dialami oleh manusia-manusia modern, diantaranya; 1 kecemasan karena hilangnya orientasi hidup the meaning of life, 2 kesepian karena hubungan/relasi interpersonal yang dibangun jauh dari ketulusan, 3 kebosanan hidup dalam kepalsuan dan kepura-puraan, 4 perilaku menyimpang, 5 psikosomatik. Timbulnya ganguan sik disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial Ahmad Mubarok, 2000, hal. 1.Pola hidup yang demikian ini memang tidak bisa terlepas dari takdir terhadap manusia yang diciptakan terdiri dari dua unsur; jasmani dan rohani. Ketika manusia mengalami kedewasaan berkir, maka dari kedua unsur tersebut muncul berbagai keinginan, terkadang diantara keinginan tersebut timbul pertentangan satu sama lain. Keinginan rohani mengajak manusia untuk selalu melangkah ke hal-hal yang sifatnya positif dan perbuatan yang baik. Sebaliknya keinginan jasmani mengajak manusia ke hal-hal yang hanya bersifat duniawi, akibatnya sering terjadi benturan-benturan. Untuk itu jika manusia ingin mengendalikan benturan yang saling Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa67 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016bertolak belakang itu, maka ia harus berusaha mengatur dan mendidik jiwanya Edi Sugianto, 2014, hal. 2.Tarekat yang diyakini oleh para su sebagai jalan hidup, telah memasukkan nilai-nilai pendidikan jiwa di dalam mengaplikasikan amalannya. Dalam tarekat mursyid berperan sebagai pendidik, pengikutnya berperan sebagai peserta didik, dan amalan tarekat merupakan materi pelajarannya. Pada hakekatnya pendidikan dalam tarekat adalah pendidikan rohani Para ahli tarekat berkeyakinan, bahwa hakekat manusia adalah rohaninya, sehingga apa yang dilakukan oleh anggota tubuhnya adalah atas perintah rohaninya. Jika rohaninya jahat maka jeleklah perbuatan yang dilakukan, demikian sebaliknya. Dengan demikian maka mendidik rohani berarti telah mendidik hakikat manusia, dan akan berdampak pada seluruh totalitas kemanusiannya Kharisudin Aqib, 1998, hal. 154.Banyak tarekat yang berkembang di Indonesia, khususnya di tanah Jawa. Salah satunya adalah tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah. Tarekat ini merupakan penggabungan univikasi inti ajaran dari dua tarekat besar; tarekat Qadiriyyah dan Naqsabandiyyah. Tarekat ini didirikan oleh syekh besar masjid al-Haram di Makkah, bernama Ahmad Khatib ibn Abd. Ghaar al-Sambasi al-Jawi w. 1878 M. Beliau adalah seorang ulama’ besar dari Indonesia yang tinggal sampai akhir hayatnya di Makkah. Para murid yang belajar kepada beliau, telah mengembangkan ajarannya sampai di tanah air khususnya di tanah Jawa. Di Masjid Babul Muttaqin Desa Kradenan Jetis Ponorogo adalah salah satu tempat berkembangnya tarekat ini. Para pengikutnya tidak hanya berasal dari desa itu saja, tetapi juga berasal dari desa-desa lain di sekitarnya. Tarekat ini pada mulanya dipimpin oleh seorang kyai bernama yang setelah meninggal dunia, digantikan oleh puteranya bernama K. Imam tarekat itu umumnya bertujuan untuk tazqiyat al-nafs penyucian jiwa. Diantaranya adalah z}ikir yaitu mengingat Allah dengan membaca kalimat-kalimat t{ayyibah, bai’at yaitu janji seorang murid tarekat kepada mursyid guru untuk menjalankan amalan-amalan dalam tarekat, rabi>t{ah yaitu mengingat mursyid atau prosesi pembai’atan ketika z}ikir, muraqabah atau kontempelasi yaitu duduk tafakur mengheningkan cipta dengan penuh kesungguhan hati seolah-olah berhadapan dengan Allah dan manaqiban yaitu membaca silsilah Abdul Qadir Jailani secara berjamaah dan dilagukan. Karena ajaran z}ikir dalam tarekat ini selain bernilai ukhrawi, juga bermanfaat untuk menghindarkan diri dari merebaknya berbagai macam gejala penyakit psikosomatik yang banyak menimpa masyarakat modern, maka z}ikir juga berfungsi sebagai metode psikoterapi. Dengan banyak melakukan z}ikir, jiwa akan menjadi tentram, tenang dan damai, serta tidak mudah terombang-ambing oleh pengaruh negatif lingkungan dan budaya global. Berawal dari sinilah penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana sebuah amalan tarekat menjadi sarana pendidikan jiwa supaya manusia memperoleh kehidupan yang tenang dan damai. Hal ini penting karena berbagai perubahan yang terjadi di mayarakat dewasa ini akibat perkembangan ilmu Marwan Salahudin, Binti Arkumi68Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016pengetahuan dan teknologi serta derasnya arus globalisasi manusia membutuhkan pegangan agar jiwanya tetap tenteram, tenang dan damai namun dapat tetap mengikuti arus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tidak larut dalam berbagai pengaruh globalisasi. Obyek penelitian ini adalah sebuah pusat kegiatan tarekat yakni Masjid Babul Muttaqin desa Kradenan Jetis dalam penelitian ini difokuskan pada proses pendidikan jiwa dengan sarana amaliyah tarekat Qadiriyyah wa Naqsabandiyyah? Dengan pendekatan naturalistik dan teknik observasi partisipan serta wawancara mendalam, peneliti telah mengumpulkan data untuk menggali masalah-masalah di atas. Dari data yang telah dikumpulan dianalisis dengan alur pengumpulan data, reduksi data, paparan data dan penarikan kesimpulan sebagaimana teori Miles dan Huberman dan hasilnya secara ringkas disajikan dalam artikel Jiwa Pendidikan merupakan sebuah aktitas, yakni upaya yang secara sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam mengembangkan pandangan hidup, sikap dan ketrampilan hidup, baik yang bersifat manual petunjuk praktis maupun mental dan social Mujtahid, 2011, hal. 19. Dalam bahasa Arab pendidikan bisa berasal dari asal kata tarbiyah rabba, yarubbu, tarbiyatan, yang berarti usaha sadar untuk memelihara, mengasuh, merawat, memperbaiki dan mengatur kehidupan peserta didik agar ia dapat survive lebih baik dalam kehidupannya Mujtahid, 2011, hal. 3. Secara sederhana pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha itu dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai atau norma-norma dan mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan kehidupannya Djumberansah Indar, 1994, hal. 16.Kata jiwa berasal dalam bahasa Sansekerta jiva yang artinya benih kehidupan. Dalam pandangan lsafat, jiwa diartikan sebagai bagian yang bukan jasmaniah immaterial dari seseorang Albertus Aditya, 2014, hal. 1. Dalam perkembangan selanjutnya penggunakaan istilah jiwa sering disamakan sinonim dengan pikiran, ruh, akal dan nafs. Harun Nasution, menyamakan antara jiwa dengan ruh. Menurutnya, jiwa manusia dibagi menjadi tiga yaitu pertama jiwa tumbuh-tumbuhan yang hanya mempunyai daya makan, tumbuh, dan berkembang biak. Kedua, jiwa binatang yang selain berjiwa seperti tumbuh-tumbuhan juga mempunyai daya bergerak dan menangkap. Ketiga, jiwa manusia dengan dua daya yaitu daya praktis yang hubungannya dengan badan, dan daya teoritis yang mampu berkir tentang hal-hal abstrak seperti wujud Tuhan Harun Nasution, 2004, hal. 8.Dengan perantaraan jiwa, manusia memperoleh pengetahuan. Harun Nasution membagi pengetahuan menjadi dua pengetahuan pancaindera yaitu sesuatu yang hanya dilihat dari sifat lahir tampak saja, dan pengetahuan akal yaitu Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa69 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016mengenai hakikat sesuatu yang hanya dapat diperoleh dengan cara melepaskan diri dari sifat kebinatangan yang ada dalam diri manusia. Itu dilakukan dengan cara meninggalkan hal-hal yang sifatnya duniawi zuhud dan berkir serta berkontemplasi untuk mendekatkan diri kepada Allah Harun Nasution, 2004, hal. 9. Ada tiga sifat jiwa yang disebutkan dalam Al Qur’an, yaitu 1 selalu mengajak berbuat jelek karena dikuasai nafsu Al Qur’an, 1253, 2 sifat menyesal, yakni menyesal karena perbuatan maksiyatnya atau tidak berbuat baik lebih banyak Al Qur’an, 752 dan 3 sifat tenang Al Qur’an, 8927-30.Adapun yang dimaksud dengan pendidikan jiwa dalam penelitian ini adalah usaha secara bertahap untuk memperbaiki jiwa seseorang atau sekelompok orang yang sifatnya mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik atau kurang benar, dengan melalui upaya pembiasaan dan pelatihan diharapkan dapat memperbaikinya, sehingga menjadi baik atau benar. Usaha tersebut dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan jiwa masing-masing orang atau sekelompok orang. Melalui proses pendidikan, jiwa mereka akan terbuka pada pintu-pintu kebaikan dan kebenaran, serta mudah menerima hikmah dari Allah Swt. Karena itu proses pendidikan jiwa dapat dilakukan melalui amaliyah praktek tarekat sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dengan demikian berbagai bentuk amalan tarekat dapat dijadikan sarana untuk mendidik jiwa agar mencapai ketenangan hidup yang hakiki dunia dan akhirat. Proses itu dapat menggunakan berbagai tahapan seperti berikutPertama, Tazkiyat al-nafs, yaitu suatu upaya menciptakan kondisi jiwa agar merasa tenang, tentram dan senang dalam beribadah kepada Allah, dengan cara menyucikan diri dari semua kotoran dan penyakit jiwa. Menurut Ahmad Mubarok ada bermacam-macam penyakit jiwa dan penyakit hati. Penyakit jiwa itu antara lain a Kecemasan, karena hilangnya orientasi hidup the meaning of life. b Kesepian, karena hubungan/relasi interpersonal yang dibangun jauh dari ketulusan. c Kebosanan, karena hidup dalam kepalsuan dan kepura-puraan. d Perilaku menyimpang hingga menjurus ke tindakan kriminal. e Psikosomatik, yaitu ganguan sik yang disebabkan oleh faktor-faktor kejiwaan dan sosial Ahmad Mubarok, 20001. Sedangakan penyakit hati antara lain a Iri hati, yaitu suatu sifat yang tidak senang akan rizki dan nikmat yang didapat oleh orang lain dan cenderung berusaha untuk menyainginya. b Dengki, adalah suatu sikap yang tidak senang melihat orang lain bahagia dan berusaha untuk menghilangkan nikmat tersebut. c Hasud adalah suatu sifat yang ingin selalu berusaha mempengaruhi orang lain agar marah dengan tujuan agar dapat memecah belah tali persaudaraan sehingga timbul permusuhan dan kebencian antar sesama. d Fitnah adalah suatu kegiatan menjelek-jelekkan, menodai, merusak, menipu, membohongi seseorang agar menimbulkan permusuhan sehingga dapat berkembang menjadi tindak kriminal pada orang lain tanpa bukti yang kuat. e Buruk sangka adalah sifat yang curiga atau menyangka orang lain berbuat buruk tanpa disertai bukti yang jelas, dan f Khianat adalah sikap tidak bertanggungjawab atau mengingkari kepercayaan yang Marwan Salahudin, Binti Arkumi70Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016telah dilimpahkan kepadanya. Proses tazkiyat al-nafs ini dilakukan dengan cara berzikir mengingat Allah secara terus menerus. Jika jiwa seseorang telah suci maka akan mudah dilatih dan dididik untuk menerima pengetahuan apapun, terutama pengetahuan tentang taqarrub ila> Alla>h atau mendekatkan diri kepada Allah merupakan nilai utama pendidikan jiwa dalam tarekat. Dalam amalan sebuah tarekat kegiatan ini dilakukan dengan cara muraqabah, khalwat dan rabit}ah. Muraqabah adalah duduk tafakur atau mengheningkan cipta dengan penuh kesungguhan lat{{ah”. Ia merupakan amalan khas yang mesti ada dalam setiap tarekat. Yang dimaksud z}ikir dalam suatu tarekat adalah mengingat dan menyebut nama Allah, baik secara lisan maupun secara batin Kharisudin Aqib, 199836. Pendapat lain mengatakan bahwa zikir adalah menyebut asma Allah Swt dengan ungkapan-ungkapan seperti membaca tasbih subh{ah, tahmid alh{amdu lillah Akbar, dan tahlil laha illa Alla>h Asep Usman Ismail, 1993, hal. 319. Selain itu, membaca al-Quran dan doa-doa yang bersumber dari kitab suci termasuk pula dalam pengertian z}ikir. Bacaan kalimah-kalimah tersebut dilakukan berulang-ulang dengan hitungan tertentu dengan tujuan untuk mencapai kesadaran diri akan Tuhan Allah secara permanen Martin Van Bruinessen, 1998, hal. 80. Sedangkan tujuan lainnya menurut Kharisudin, z}ikir diyakini sebagai materi yang paling sesuai untuk membersihkan jiwa dari segala macam kotoran dan penyakit-penyakitnya Kharisudin Aqib, 1998, hal. 37. Dengan melakukan z}ikir secara sungguh-sungguh dan memusatkan pikiran hanya kepada kalimah Allah yang sedang dibacanya, maka segala nafsu dan amarah akan sirna. Bentuk z}ikir ada dua macam, yakni z}ikir yang diucapkan dengan lisan z}ikir jahr dan zikir yang diingat dalam qalbu z}ikir kha Asep Usman Ismail 1993319. Dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah, z}ikir adalah aktitas lidah lisan maupun hati batin untuk menyebut dan mengingat asma Allah baik dalam bentuk kalimat la> il>h maupun ism zat Allah,Allah,… dan penyebutan tersebut telah dibai’atkan atau ditalqinkan oleh seorang mursyid yang muttasil fayd sambung sanad dan berkahnya Kharisudin Aqib, 1998, hal. 80. Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa73 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Dalam ajaran tarekat ini terdapat dua jenis zikir yaitu z}ikir na ithba>t dengan menyebut la> ila>ha illa Alla>h tidak ada Tuhan selain Allah dan z}ikir ism z}a>t dengan menyebut nama z}at itu sendiri yaitu Allah, Allah….. z}ikir na ithba>t diamalkan secara jahr bersuara dan merupakan ciri khas tarekat Qadiriyah sedangkan z}ikir ism z}a>t diamalkan secara sirr atau kha dalam hati, dan merupakan ciri khas tarekat Naqsabandiyah. Dalam ajaran tarekat ini kedua jenis z}ikir tersebut dibai’atkan sekaligus oleh mursyid pada bai’at pertama bacaan z}ikir yang diamalkan pengikut tarekat di Desa Kradenan Jetis Ponorogo adalah 1 Membaca istighfa>r, kemudian rabi>t}ah sebentar; 2 Membaca la Alla>h 165 kali; 3 Membaca s}ala>wat munjiyat; 4 Membaca surah al fa>tihah dihadiahkan kepada Nabi Muhammad Syekh Abdul Qadir Jailani, Syekh Junaidi dan kepada semua orang-orang muslim; 5 Membaca surat al-ikhlas 3 kali, lalu rabi>t}ah disertai z}ikir dalam hati dan membaca doa Observasi, 2015. Z}ikir ini dibaca bersama setiap hari Selasa di masjid Babul Muttaqinb desa Kradenan Jetis, selesai salat Z}uhur berjama’ah, dan selanjutnya dibaca sendiri-sendiri setiap hari di rumah masing-masing. Pengamalannya dalam bentuk z}ikir jahr na ithbat dan dhikir lat{ah merupakan merupakan tujuan akhir seorang pengikut tarekat. Seseorang yang sudah mencapai derajat ini merasa akan menemukan kebahagian yang hakiki. Pada tingkat ini berarti jiwa akan tenang dan tenteram. Untuk mencapai tingkat ini ia harus menempuh suatu proses pendidikan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu bai’at, rabit}ah, muraqqabah dan suluk, dengan materi pendidikan yang dinamakan zikir dan manakib. Di Masjid Babul Muttaqin Desa Kradenan Jetis Ponorogo proses tersebut dilaksanakan seperti berikutPertama, bagi pengikut baru akan dilakukan pembaiatan. Dalam proses pembaiatan ini, anggota maupun mursyid sama-sama dalam keadaan suci, pikiran tenang hati ikhlas. Pada saat itu mursyid menyampaikan materi lafaz-lafaz z}ikir yang ditirukan oleh pengikut. Mereka diminta untuk memejamkan mata dan membayangkan prosesi pembai’atan yang sedang dialami. Proses ini yang disebut rabi Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h, para pengikut tarekat harus melakukan z}ikir sebanyak-banyaknya. Proses pengamalan z}ikir inilah bentuk pendidikan jiwa. Para jamaah mengucapkan lafal “la Alla>h” , dengan mata terpejam dan gerakan mereka seperti orang yang menggeleng-nggelengkan kepala, mereka sedang menggambarkan gerakan secara simbolik, yaitu ketika mengucapkan kalimat “la Alla>h” ke lubuk hati yang ada di dada kiri, dengan sekuat-kuatnya. Gerakan simbolik ini dimaksudkan agar lebih menggetarkan hati sanubari, dan membakar nafsu-nafsu jahat yang dikendalikan oleh syetan. Gerakan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa75 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016PenjelasanPusat C. Dada kananA. Otak D. Dada kiri B. Gerakan simbolik tersebut dimaksudkan, agar semua lat{ih dilukiskan dengan hati yang hidup, sementara hati yang lalai mengingat Allah meskipun lisannya sering menyebut asma Allah dengan membaca tasbih, tahmid, takbir dan tahlil digambarkan dengan hati yang mati. Karena bacaannya masih sebatas lisan belum menembus hati yang paling dalam. Hati yang mati akan mudah terjangkit penyakit-penyakit hati seperti nifaq, iri dan dengki. Oleh karena itu dengan dihidupkannya hati seseorang dan dilatih secara rutin untuk selalu mengingat Allah, maka dia akan terhindar dari macam-macam penyakit hati. Mampu melakukan kontrol diri dari perbuatan negatifKrisis moral yang paling utama melanda diri manusia secara umum sebenarnya adalah kurangnya kepercayaan akan pengawasan Allah pada perbuatan manusia. Kondisi ini menyebabkan manusia lepas kontrol dan berbuat seenaknya tanpa rasa bersalah, karena yang menjadi ukuran mereka adalah selama tidak ada orang lain yang tahu, mereka menganggap perbuatan mereka aman. Karena itu di saat muraqabah, mursyid tarekat mengajarkan kepada jamaahnya akan kehadiran Allah dan selalu mengawasinya di manapun manusia berada. Dengan metode ini jiwa manusia dibiasakan untuk ikhlas ketika berbuat baik kepada sesama manusia Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa77 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016dan semata-mata karena Allah bukan atas dorongan pujian. Begitu pula sebaliknya jika ada dorongan dalam jiwanya untuk berbuat buruk negatif baik dilakukan secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi, mereka dapat mengontrol dirinya dari perbuatan buruk tersebut, karena di dalam jiwanya sudah tertanam pembahasan tentang amalan tarekat sebagai proses pendidikan jiwa sebagaimana diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jiwa merupakan usaha secara bertahap untuk memperbaiki pribadi seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai kecenderungan melakukan perbuatan yang belum baik atau kurang benar, melalui upaya pembiasaan dan pelatihan, dengan harapan agar dapat memperbaikinya, sehingga menjadi baik atau benar. Usaha tersebut dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan keadaan jiwa masing-masing orang atau sekelompok orang. Proses pendidikan jiwa dapat dilakukan melalui amalan tarekat dengan tiga tahap tazkiyah al nafs, taqarrub ila> Alla>h dan ma’rifat bi Alla>h. Pelaksanaan amalan tarekat menggunakan metode b ai’a >t, rabit}a>h, muraqqabah dan sulu>k, sedangkan materi yang digunakan untuk mencapai tujuan, yakni mencapai derajat ma’rifat bi Alla>h adalah bacaan z}ikir, kemudian untuk membentuk akhlak mulia dibaca tarekat di Majid Babul Muttaqin, Kradenan Jetis Ponorogo dimulai dengan malakukan bai’at dan talqi>n bacaan z}ikir, dan prosesi rabi>t}ah. Muraqqabah dilakukan dengan membaca kalimat z}ikir la> ila>ha illa> Alla>h sebanyak-banyaknya agar mampu mencapai derajat ma’rifat bi Alla>h. Manaqib dilakukan sebulan sekali untuk menghormati mursyid pendiri tarekat ini. Hasil pendidikan jiwayang dicapai oleh para pengikut tarekat Qodiriyah wa Naqsabandiyah adalah jiwa menjadi tenang, dapat terhindar dari penyakit hati seperti iri dan dengki dan dapat melakukan kontrol diri dari perbuatan negative. Marwan Salahudin, Binti Arkumi78Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016ReferensiAbdul, Munawir, Fatah. 2011. Tradisi orang-orang NU, Yogyakarta Pustaka Pesantren, Aditiya, Albertus. 2014, Oktober 16 . Jiwa, dalam Admin Dzikrullah. 2015, Maret 25. Manaqib Syekh Qadirun Yahya, dalam http//dzikrullah– Kharisudin. 1997. Al-Hikmah. Surabaya Dunia Ilmu,Ali, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. 1989. Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Azyumardi. 2012. Pendidikan Islam, Jakarta Syamsul, 2009. e Power of Tasawuf Reiki, Yogyakarta Pustaka Martin Van. 1998. Tarekat Naqsabandiyah di Indoneseia, Bandung Mizan. Buseri, Kamrani. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer, Yogyakarta UII Ahmad. 1983. Allah dan Manusia, Jakarta Ahmad. 2012. Tazkiyatun Nafs, Jakarta Ummul Fisieri. 2011. Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, Yogyakarta Pustaka Fathullah. 2001. Kunci-kunci Rahasia Su, Jakarta Raja Grando persadaHadi, Sofyan. 2014 Oktober 17. Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah di Minangkabau, dalam Hadi, Syahrul. 2014 Oktober 17. Konsep Nafs dalam Tafsir Al-Misbah Karya M. Quraish Shihab Solusi Qur’ani dalam Membentuk Karakter, dalam Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jakarta Raja Grando Abdul, Al-Balali. 2003. Madrasah Pendidikan Jiwa, Jakarta Gema Insani Press. Amalan Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah Sebagai Proses Pendidikan Jiwa79 Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016Huda, Sokhi. 2010. Model Pendidikan Tasawuf Walisanga, Perspektif Teori-teori Pendidikan, dalam Tsaqafah, Jurnal Peradaban Islam, 6 2, Isid Gontor M Djumberansyah. 1994. Filsafat Pendidikan, Surabaya Karya Anda. Ismail, Asep Usman. 1993. Ensiklopedi Islam Vol III, “Tasawuf ”, Jakarta Ichtiar Baru Van Hoeve, Cet Arief B Ed. 2010. Majmu’ah Rasa’il al Imam al Ghazali 9 Risalah al Ghazali, Terj. Irwan Kurniawan, Bandung Pustaka Hidayah, Jalaluddin. 1987. Sinar Keemasan, Jilid I. Ujung Pandang PPTI. Khaled, Syekh Bentounes, 2003. Tasawuf Jantung Islam, Yogyakarta Pustaka Su.Labib, Mz. 2001. Samudra Ma’rifat, Surabaya Tiga Laily. 1996. Para Su, Jakarta Raja Grando Ahmad. 2000. Jiwa dalam al-Qur’an. Jakarta 2011. Reformasi Pendidikan Islam, Malang UIN-Maliki Syaq A. 2001. Nilai-nilai Islam, Yogyakarta Pustaka 2004. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai Bandung Harun. 2004. Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta Bulan Ted, 2006. Muzaar Iqbal, yed Nomanul Haq Eds. Tuhan, Alam, Manusia, Perspektif Sains dan Agama, Bandung Mizan Mujamil. 2005. Epistemologi Pendidikan Islam, Jakarta A Fuad. 1994. Hakekat Tarekat Naqsabandiyah, Jakarta Pustaka 2013. Menata Kehidupan Pada Usia Lanjut, Jakarta Praninta Edi. 2014, November 25. Tips Mendidik Jiwa, dalam 2011/ Susanto, Faisal Bahar. 2014 Oktober 17. Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah TQN Tinjauan Historis dan Edukatif Tarekat Qadiriyah Naqsabandiyah di Desa Balak, dalam Mihmidaty. 2012. Pendidikan Tasawuf dan Aplikasinya, Surabaya IAIN Sunan Ampel Press. ... There are two kinds, namely jahr or loud, by saying Lā ilāha illā Allāh, and khafy, meaning noiseless, performed by reciting ism dzāt Allah, Allah, etc. in the heart. Dhikr is only legitimate if it has been talqin/berkah or blessed by the Murshid teacher Marwa Salahudin & Arkuni, 2016. • The symbolic meaning of dhikr is that the nature of every work is part of remembering Allah, and remembrance is a pleasure because the mortality of life is felt. ...... There are two kinds of dhikr, which are jahr or loud, performed by reciting Lā ilāha illā Allāh, and khafy, which is of the heart and done soundlessly by reciting the ism dzāt, such as Allah, Allah, etc. However, the TQN dhikr is only legal if it has been recited by the Murshid teacher Marwa Salahudin & Arkuni, 2016. ... Munawar RahmatM. Wildan YahyaThe students of Indonesia University of Education UPI and Bandung Islamic University UNISBA typically practice religion as it was received from their parents and socio-religious environment. They Salat, which is the main prayer of Islam, simply abort their obligations, and after praying, immediately leave their prayer mats without making dhikr or remembering God first. Furthermore, they do not understand khushu` Salat, which involves remembering God throughout the prayer, along with the meaning of dhikr, and the importance of a Murshid, which is the Grand Shaykh of Sufi Order. They also view Sufism as non-Islamic teaching and are cynical about the practitioners. Therefore, this study aims to examine the effectiveness of the Sufistic learning model in Islamic Religious Education to improve students’ understanding of these teachings in a substantive and tolerant manner. This research used an R&D approach, and the stage that was performed involved the preparation of a draft model and associated trials. Meanwhile, the learning used the madhhab typology approach of the Sufi and Shari`a Islamic models. The trial results showed that the Sufistic approach was effective in increasing students’ understanding of Islamic teachings in a substantive and tolerant manner. Before learning, students were unaware of Sufi Islam and viewed it as a foreign influence. Also, they did not understand khushu` prayers, comprehend the importance of dhikr, nor that of learning from Murshid. After learning, they understood Sufism, accepted the teachings and did not consider them to be foreign influences, and also recognized Islam in a substantive and tolerant manner. Therefore, the Sufism approach is improving the quality of religion and tolerance of students, with the implication that the model is an alternative in learning Islamic education at This study aims to examine the effectiveness of the Sufistic learning model in Islamic Religious Education to improve students’ understanding of Islamic teachings in a substantive and tolerant A research and development R&D approach, which was performed in the preparation of a draft model and associated trials, was used. Meanwhile, the learning employed the madhhab typology approach of the Sufi and Shari`a Islamic The trial results showed that the Sufistic approach in Islamic Education was effective in increasing students’ understanding of Islamic teachings in a substantive and tolerant manner. Before learning, students unfamiliar with Sufi Islam, saw it as a foreign influence, and did not understand khushu` Salat, which involves remembering God throughout the prayer. Also, they considered dhikr, which means to remember God, and learning from Murshid as unimportant. However, they understood Sufism, accepted it as Islamic teachings and not foreign influences, and recognized the religion in a substantive and tolerant manner after the learning The Sufism approach in Islamic Education has succeeded in improving the quality of religion and tolerance of students.... Amalan zikir dalam tarekat ini bukan sahaja memberi kesan dari sudut ukhrawi, bahkan turut berperanan sebagai benteng yang ampuh daripada penyakit psikosomatik serta medium psikoterapi. 47 Bai'ah atau ijazah yang diterima oleh sebahagian besar penuntut ilmu di madarasah Pulau Besar daripada Syeikh Ismail sudah pastinya secara tidak langsung telah disebarkan dan diamalkan oleh penduduk setempat. Keperibadian Syeikh Abdul Qadir yang unggul secara tidak langsung turut menyumbang kepada perkembangan tarekat ini dalam dunia Islam termasuklah di rantau nusantara. ... Khairul Azhar MeeranganiPulau Besar merupakan salah sebuah lokasi tumpuan di Melaka yang banyak dikaitkan dengan kisah mistik dan lagenda. Para pelancong dari dalam dan luar negara sering melawati pulau ini atas pelbagai tujuan dan keperluan. Meskipun lebih masyhur dengan kisah-kisah mistik, pulau ini sebenarnya merupakan antara lokasi utama penyebaran dan perkembangan agama Islam di Melaka suatu ketika dahulu. Kehadiran para ulama tasawuf dari benua Arab seperti Syeikh Ismail dan Syeikh Yusuf ternyata telah berjaya mengubah pegangan dan anutan agama masyarakat setempat. Kajian ini bertujuan mengkaji peranan dan sumbangan yang dimainkan oleh para ulama tasawuf dalam aktiviti penyebaran dan perkembangan Islam di Pulau Besar, Melaka. Fakta sejarah diperoleh daripada sumber primer dan sumber sekunder yang seterusnya dianalisis secara induktif bagi merumuskan peranan mereka menyebarkan Islam dalam kalangan masyarakat tempatan. Keunikan dakwah yang disampaikan telah menarik minat penduduk tempatan untuk mempelajari seterusnya menganuti ajaran Islam. Pembinaan madrasah di Pulau Besar oleh mereka telah menjadikan pulau ini sebagai antara lokasi tumpuan pengajian dan penyebaran Islam di Nusantara. Madrasah ini juga telah melahirkan beberapa tokoh terkemuka dalam dakwah Islam seperti Sunan Giri dan Sunan Bonang yang akhirnya telah meneruskan usaha dakwah ini ke seluruh Nusantara. Ternyata, para ulama tasawuf ini telah memainkan peranan yang cukup signifikan dalam penyebaran Islam di Melaka khususnya dan juga seluruh Nusantara Naqsyabandiyyah is a popular tariqa in Indonesia. The tariqa became a sufistic communication medium between humans and God. This article aims to identify the sufistic transcendental communication paradigm in religious activity. Transcendental communication is communication between humans and gods with a Sufistic approach. From a sufism perspective, the tariqa is a massive activity in Indonesian Islam. Sufism desires the cleanliness of the human heart qalb and mind aql in serving Allah. Human servitude to Allah is a feature of sufistic communication that prioritizes total awareness and obedience. Sufistic and transcendental communication have the same dimension and concept ubudiyah worship. One form of the massive sufism movement in the world is the Qadiriyyah Naqsyabandiyyah. This tariqa becomes a testament for humans to communicate with Allah through zikr. This type of research is qualitative. Qualitative research explains descriptively and comprehensively the paradigm of sufistic communication in the Qadiriyah Naqsyabandiyya tariqa. Data is obtained through text documentation that presents papers in scientific journals that raise the theme of sufistic communication, sufism, and tariqa. Data analysis of this study used descriptive analysis. The results of this study show that the tariqa prioritizes vertical communication with Allah. Aql and qalb became the basis of sufistic communication. Thus, zikr and prayer practiced in the tariqa with murshid’s guidance bring people closer to profiles among a convenience sample of 37 Malay Muslim participants of Inabah program were measured using the Psychological Measure of Islamic Religiousness PMIR. Data were analysed using SPSS Positive relations with others emerged as the best-scored subscale whereas anger trait and depressed mood were minimal. Single and divorced respondents demonstrated significantly higher score for purpose in life. More favorable social desirability was reported by participants with no previous treatment. Less anger and depression were expressed by those not detained before. Essentially, psychosocial status of persons with substance use disorder undergoing Inabah program was moderate with some influences of sociodemographic factors. Sokhi HudaKidung Walisanga is a collection of Indonesian cultural heritage famous with Dhandang Gendis/Dhandang Gula. Dhandang ghendis Kidung Artati was authored by Walisanga as a medium of education and Islamic call that emphasizes the cultural basis of people as the objects. This is a kind of tasawuf education that consists of three elements 1 concept of human being life journey, 2 journey to a perfect life, and 3 achieved result. The first two elements are got by mediation medium to utilize a pure energy in reaching a psychological effect, a purified sole and peaceful heart. While the third, emphasizes on pragmatic uses such as self protection from dangers and possessing supernatural heirloom. From linguistic perspective, kidung emphasizes on sanepan metaphor style. While from art perspective, it has a creative, individualization, and harmonization elements. From philosophical perspective, it has axiological values emphasizing pragmatic uses in the world. Beside all of that, there is an important element of tasawuf which is not included in kidung, guide role. Kidung, finally, is walisanga’s cultural approach model in education and Islamic call which is primarily based on community cultural basis, thus, kidung nuance shows a style fcultural Syekh Qadirun YahyaAdmin DzikrullahAdmin Dzikrullah. 2015, Maret 25. Manaqib Syekh Qadirun Yahya, dalam http// AqibAqib, Kharisudin. 1997. Al-Hikmah. Surabaya Dunia Ilmu,Atabik AliAhmad Dan MuhdlorZuhdiAli, Atabik dan Muhdlor, Ahmad Zuhdi. 1989. Kamus Kontemporer Arab Indonesia, Yogyakarta Yayasan Ali Maksum Pondok Pesantren Power of Tasawuf ReikiSyamsul BakriBakri, Syamsul, 2009. The Power of Tasawuf Reiki, Yogyakarta Pustaka Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis KontemporerKamrani BuseriBuseri, Kamrani. 2003. Antologi Pendidikan Islam dan Dakwah Pemikiran Teoritis Praktis Kontemporer, Yogyakarta UII Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta WijayaFisieri FrondiziFrondizi, Fisieri. 2011. Pengantar Filsafat Nilai, terj. Cuk Ananta Wijaya, Yogyakarta Pustaka Rahasia Sufi, Jakarta Raja Grafindo persadaFathullah GulenGulen, Fathullah. 2001. Kunci-kunci Rahasia Sufi, Jakarta Raja Grafindo persadaDasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jakarta Raja Grafindo PersadaIbnu HajarHajar, Ibnu. 1996. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan Jakarta Raja Grafindo HamidHamid, Abdul, Al-Balali. 2003. Madrasah Pendidikan Jiwa, Jakarta Gema Insani Press. Esoterik Jurnal Akhlak dan Tasawuf Volume 2 Nomor 1 2016